Jakarta, CNN Indonesia -- Peluang PT Total E&P Indonesie untuk bermitra dengan PT Pertamina (Persero) dalam pengelolaan Blok Mahakam belum tertutup. Presiden Joko Widodo meminta disusun kesepakatan yang saling menguntungkan supaya Total, yang sudah beroperasi selama setengah abad di Indonesia, bisa tetap beroperasi di Tanah Air.
"Presiden memberikan waktu sebulan dari sekarang, harus ada kesepakatan yang saling menguntungkan, yang memberi kesempatan Total untuk terus ada di sini dan Pertamina jadi operator pada waktunya," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said usai menerima kunjungan Total Group di Istana Kepresidenan, Jumat (15/5).
Sudirman mengatakan Total sudah memahami keputusan Indonesia untuk menjadikan Pertamina sebagai operator penuh Blok Mahakam di masa mendatang. Kendati demikian, Total berkomitmen tetap berada di Indonesia untuk ikut membangun sektor minyak dan gas (migas) nasional.
Patrick Pouyanne, CEO Total Group, mengatakan perusahaannya sudah berada di Indonesia untuk mengembangkan Blok Mahakam selama hampir 50 tahun. Mengingat akan berakhirnya kontrak kerjasama Blok Mahakam, Total mengajukan diri ke Presiden Jokowi untuk diizinkan melanjutkan investasinya di wilayah kerja tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami masih investasi sekitar US$ 1,5 miliar-US$ 2 miliar setahun. Karena itu, tentu sangat penting bagi kami mendapat kepastian masa depan mengenai Blok Mahakam di tahun 2018," tuturnya.
Untuk kelanjutannya, Pouyanne menjelaskan konsep kerjasama Total dengan Pertamina akan dirinci lebih dalam dengan mengutamakan kepentingan Indonesia.
"Sekali lagi Total tetap berada di Indonesia. Saya sangat hargai apa yang disampaikan presiden bahwa RI tetap inginkan Total sebagai partnernya. Kami siap bekerjasama dengan Pertamina untuk masa depan wilayah Mahakam," ucapnya.
Update: Artikel ini merupakan pembaruan dari yang sebelumnya berjudul: "Jokowi Pastikan Total Tetap Kelola Blok Mahakam". Kementerian ESDM secara resmi telah menyampaikan keberatan atas artikel tersebut karena disebut tidak sesuai dengan pernyataan dari Menteri ESDM Sudirman Said. Kami mohon maaf. --Redaksi.
(ags/ags)