nusabali

Yayasan Sepit Patroli Sampah di Festival Tepi Sawah

  • www.nusabali.com-yayasan-sepit-patroli-sampah-di-festival-tepi-sawah

Festival Tepi Sawah digelar ketiga kalinya di Omah Apik, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Sabtu (6/7) - Minggu (7/7).

GIANYAR, NusaBali

Berbagai program acara memeriahkan festival seni yang berkonsep ramah lingkungan ini.  Turut terlibat, Yayasan Project Sepit Tampaksiring yang melakukan patroli sampah. Para relawan ini memastikan area festival bersih dari sampah, khususnya sampah plastik. Ketua Yayasan Sepit I Ketut Arimbawa menjelaskan pihaknya mendapat tanggungjawab mengatasi sampah selama festival. "Kami patroli, sekaligus mengedukasi pengunjung agar membuang sampah ada tempat yang benar. Karena di lokasi ini sudah disiapkan kantong sampah terpisah antara organik, anorganik dan benda berbahaya," jelasnya.

Menurut Ketut Arimbawa, kesadaran pengunjung festival tepi sawah sangat baik dalam hal menjaga lingkungan. Terbukti selama patroli, pihaknya jarang menemukan sampah berserakan. "Sebagian besar pengunjung sudah sadar dan bertanggungjawab atas sampahnya sendiri," jelasnya. Yayasan ini dibentuk sejak dua tahun di Kecamatan Tampaksiring. Bermula dari keprihatinan Ketut Arimbawa melihat setiap prosesi upacara keagamaan di wilayahnya, menimbulkan cukup banyak sampah. "Sepit bagi saya sangat multifungsi. Sehingga tidak ada salahnya dipakai memungut sampah. Ukurannya juga cukup panjang, membantu tangan agar tidak kotor. Punggung juga tidak bungkuk," terangnya.

Salah satu pemilik Festival Tepi Sawah, Etha Widiyanto menjelaskan festival ini memang diproyeksikan sebagai sebuah acara kesenian tahunan berorientasi ramah lingkungan. Sebagai suatu upaya mengurangi sampah plastik sebanyak mungkin. "Semua yang terlibat dalam festival ini kami larang menggunakan kemasan plastik, styrofoam dan sejenisnya. Sebaliknya, kami buka stand khusus penyewaan alat makan," jelasnya. Alat yang disewakan meliputi gelas, piring, sendok dan asbak. Setiap penyewa dikenakan deposit Rp 5.000. Menariknya, deposit tersebut dikembalikan lagi ketika penyewa telah mengembalikan alat makan yang disewa. "Yang baru kali ini adalah penyewaan asbak bambu. Ini berkaca dari festival tahun lalu bahwa aktifitas merokok tidak bisa dibendung. Dampaknya, sampah puntung rokok berserakan. Maka tahun ini kita sewakan asbak bambu," jelasnya. Asbak bambu ini bentuknya sederhana, dilengkapi dengan tali gantungan. Sehingga setiap perokok cukup mengalungkan asbak bambu ini dan bisa dibawa kemana-mana. "Terakhir ketika akan meninggalkan acara, sampah putung rokok bisa dibuang pada tempatnya, asbak dikembalikan, dan pastinya area festival bersih," jelasnya.

Seperti diketahui festival ini menampilkan berbagai pertunjukan seni yang dikemas dengan konsep ramah lingkungan. Melibatkan dan menghadirkan seniman-seniman dari berbagai cabang seni untuk berkolaborasi dan berkarya dalam kebersamaan. Festival ini mengintergrasikan berbagai elemen kreatif dengan edukasi dan implementasi tentang environmental sustainability baik untuk kalangan anak-anak maupun di kalangan dewasa.*nvi

Komentar