Jumat, 20 Januari 2017

A privileged life

What I remember the most really in the beginning of January was just have a nice life to spend with him. But such a wrong doing, I made my close friends shocked and questioning was that the real me after I told them a crazy short love story of mine. There is one thing I realized, that I felt in love too fast. But wait, LOVE? “If it’s destroying you, then it isn’t love, my dear”. Now I’m still trying to make sure that I really don’t deserve for it. Because life is too short to spend hoping for something not seen. 
Maybe I’m just too excited with him at that time...
***
Aku selalu suka dengan cara-Nya menjawab pertanyaan dan harapan; mengejutkan. Aku sempat kehilangan diriku sendiri, terbawa oleh kisah semu yang sekarang entah dimana. Terakhir aku tau, ia berada di sana bersama sederet pekerjaan yang harus segera diselesaikan. But if you love someone, you will always have time for that person no matter how busy you are. Aku di sini tanpa tuntutan, hanya bisa mendoakan. “Jika dia orang yang tepat maka jagalah ia untukku, namun jika Engkau berkehendak  lain maka jagalah dia untuk dirinya sendiri,” pintaku.

I’m slowly moving away, try to find back the independence of me just like before I met him. But yet, I’m not blaming him, I’m not blaming that person, I’m not blaming the way he treat me, I was just trapped! Luckily I don’t forget how to be responsible with my own story.  Aku mencoba kembali menghidupi hari, tanpa bantuan seseorang yang pernah menjadi alasanku bangun pagi. Sampai pada saat dua hari sebelum ulang tahunku, Tuhan menyadarkanku, aku terlalu berharga untuk terluka. Aku berhak untuk bahagia.

Malam itu aku menemui seseorang yang sudah hampir dua tahun kukenal. Seseorang yang pernah menyimpan rasa lebih, namun kujaga untuk kami tetap berteman. Kami bercerita banyak hal, tentang kisahku, juga kisahnya. Aku bercerita tentang orang yang kusuka, begitu juga dia. Tentang wanita yang ia beri kesan saat pertama jumpa, tentang alasan ia mengaguminya, tentang perasaan dan harapan yang sempat terucap, juga tentang cara ia melupakan, menghapuskan perasaan. Seseorang yang diceritakannya, tidak lain adalah aku. Yang juga sedang menjadi lawan bicaranya.

Mendengar cerita itu, aku lebih bisa menghargai diriku sendiri. Bahwa masih ada yang peduli dan menyayangi. Sepertinya, waktu pun akan lebih berharga untukku bersama mereka, orang-orang sekitar yang nyata dengan kisahnya. Daripada meragukan sesuatu dengan angan yang kita ciptakan sendiri.

Bulan kemarin aku tersesat. Sebuah rotasi menguasaiku, tak berpedoman. Arah yang kuikuti semakin lama semakin pias. Aku terjebak. Rasanya kalut. Antara ingin berjuang memperjelas yang pias, atau kembali, menelusuri tempat semula. Kemudian aku diam berdiri. Kata hati kupasrahkan pada Tuhan. Perlahan aku melangkah, dengan keyakinan bahwa Ia bersamaku. Sekarang ini, aku merasa lebih tenang. Sesekali aku menengok ke belakang, mengamati tempatku tersesat. Tempatku kehilangan diriku sendiri. Tak begitu menyeramkan, hanya saja aku tak mau sendiri di sana. 
Would you be with me?
If YES then show up, If NO just let me know. Because this life is so privilege to be idle.


Salam,
Boneka Pucca.
***
If you don't mind to visit my next post: http://bit.ly/2iLS2wV

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sederhana, tidak sempurna, kesalahan pasti ada. Bagaimana menurutmu?