Putri Gus Dur Deklarasikan Gerakan Antihoaks

Presidium MAFINDO, Anita Wahid (depan) membacakan pakta integritas program STOP Hoax Indonesia di Tugu Pal Putih Kota Jogja, Minggu (10/11/2019) pagi. - Harian Jogja/Dyah Febriyani
10 November 2019 18:37 WIB Dyah Febriani (M130) Jogja Share :

Harianjogja.com, JOGJA—Putri Presiden Keempat Republik Indonesia Abdurhaman Wahid, Anita Wahid, mendeklarasilan STOP Hoax Indonesia dalam festival bertajuk Stop Hoax festival yang diinsiasi oleh Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) di Tugu Pal Putih Kota Jogja, Minggu (10/11/2019) pagi. Acara yang bertepatan dengan Hari Pahlawan ini menggandeng 13 instansi untuk turut serta memerangi hoaks dengan tema stop hoax be a hero.

Program Officer Mafindo Seto Prayogi mengatakan dalam deklarasi ini ada sebanyak 13 instansi yang secara langsung memberikan dukungan atas program STOP Hoax Indonesia.

“Dari kedinasan di Kota Jogja seperti dinsos, diskominfo, dinas pemberdayaan masyarakat; Gubernur DIY; bupati, Polda DIY, Polresta Jogja, KPU DIY, Wali Kota Jogja, Bawaslu DIY mereka menyatakan dukungan terhadap program ini melalui surat,” ujarnya saat ditemui di sela-sela acar.

Dukungan dari berbagai instansi tersebut dinilai Seto sebagai acuan untuk masyarakat agar tidak perlu takut dalam menyebarkan fakta karena telah ada banyak pihak yang mendukung program ini pula. Dengan adanya deklarasi ini, tambahnya akan terlihat seberapa kuat kompenen masyarakat dalam menyatukan prinsip untuk memerangi hoaks di masyarakat.

“Di era sekarang menjadi pahlawan cukup dengan mengindentifikasi hoaks dan tidak menyebarkan hoaks,” ungkap Seto.

Ia menjelaskan deklarasi yang pertama digelar ini mengajak masyarakat terutama ibu rumah tangga dan anak muda untuk menjadi pahlawan untuk lingkungan sekitarnya.

Menurut Seto, ibu rumah tangga cenderung menyebarkan hoaks dengan cepat, hal ini dilandasi akan niatan untuk melindungi keluarganya. “Tetapi mereka [ibu rumah tangga] tidak sadar malah membagikan informasi tanpa verifikasi data,” kata Seto.

Anak muda, diakui Seto sudah tahu untuk memverifikasi kabar, namun mereka enggan menyebarkan kepada publik. Program ini turut serta megajak anak muda turut aktif dalam memerangi hoaks salah satunya dengan cara pembuatan karya seni.

Deklarator program STOP Hoax Indonesia, Anita Eahid mengatakan tantangan terbesar dalam melawan hoaks ialah informasi yang sudah mengendap di masyarakat, termasuk yang terdampak polarisasi dari tahun politik.

“Ini menyebabkan masyarakat terpecah menjadi dua kelompok yaitu menjadi kelompok dengan pemahaman yang merasa benar dan kelompok yang pemahamannya menyerang kelompok lain,” ungkap dia.

Anita berharap dengan adanya deklarasi ini, semakin banyak masayarakat yang menyadari bahwa hoaks itu bahaya, bahkan mampu memecah belah bangsa.

Menurut Anita yang juga Presidium Mafindo, hingga 2019 ini Mafindo telah mengidentifikasi sebanyak 3.000 hoaks yang kemudian diverifikasi dan disebarkan melalui media sosial Facebook, Instagram, Twitter, hingga laman internet turnbackhoax.id

Dosen Komunikasi Universitas Atmajaya Johja, Anton Birowo menilai deklarasi ini menjadi simbol untuk merekatan banyak orang untuk memerangi hoaks. “Literasi digital perlu dilakukan tidak hanya di bangku sekolah namun juga dimasyarakat umum,” kata dia.