Analis: Divestasi BNLI Menguntungkan Bagi ASII
Friday, December 13, 2019       11:17 WIB

Ipotnews - Manajemen PT Astra International Tbk () mengumumkan telah menandatangani kesepakatan penjualan untuk melepas 44,6 persen sahamnya di Bank Permata () kepada Bangkok Bank. Sebagai catatan, Standard Chartered juga akan melepas 44,6 persen sahamnya dalam kesepakatan transaksi tersebut.
Harga penjualan saham disepakati Rp1.498 per saham. Diperkirakan total transaksi akan sebesar Rp37 triliun untuk seluruh 89,1 persen saham. Penjelasan pers manajemen menyatakan transaksi akan dirampungkan setelah mendapat persetujuan dari masing-masing otoritas jasa keuangan kedua negara. Diperkirakan selesai pada 2020.
Menguntungkan Pemegang Saham
Analis PT Indo Premier Sekuritas, Timothy Handerson menilai dengan kesepakatan harga Rp1.498 per saham menyiratkan valuasi P/BV 1,8 kali pada 3Q19. "Cukup menguntungkan dalam pandangan Kami," ujarnya seperti dikutip dari risetnya.
Tim membandingkan akuisisi MUFG terhadap saham Bank Danamon () yang dilakukan tiga tahap (4Q17-2Q19) dengan valuasi campuran P/BV sebesar 2 kali meskipun ROE jauh lebih tinggi yaitu 10 persen vs yang hanya 6 persen hingga 9M19.
Positif Bagi
Indo Premier menilai pelepasan saham berdampak positif bagi karena menjadikan grup Astra lebih fokus pada bisnis intinya yaitu otomotif. oleh grup Astra fokus pada korporat dan segmen komersial serta UMKM . merupakan salah satu kontributor laba.
Berdasarkan asumsi akuisisi Bangkok Bank sebesar 40 persen saham pada FY20 dan menyisakan 49,1 persen pada 2021 (karena faktor aturan single presence policy), ini menyiratkan untung bersih Rp2,8 triliun/Rp3,4 triliun di FY20/FY21 yang berpotensi menaikkan EPS 12-14 persen mengimbangi penurunan laba bersih unit bisnis jasa keuangan antara 3-7 persen dalam rentang FY20-21 (sebagai dampak divestasi).
Pertahankan Rekomendasi
Indo Premier melalui analisnya tersebut mempertahankan rekomendasi Buy dengan target price (TP) Rp8.200 per saham berdasarkan kenaikan Sum of The Part ( SOTP ).
Hal tersebut karena proyeksi EPS pada 2020-2021 naik sebesar 9 persen dengan menghitung dampak divestasi. Saham saat ini ditransaksikan pada P/E sebesar 10 kali pada proyeksi 2020 vs rata-rata P/E selama 10 tahun sebesar 15 kali.
Katalis penting adalah penjualan mobil yang lebih baik dari perkiraan serta kenaikan harga komoditas. Sementara risikonya adalah perlambatan ekonomi dan perubahan regulasi yang tidak kondusif.



Sumber : admin