— paduan yakin diri dan rendah hati
Perkembangan seni fotografi dan industri busana membuat
kebutuhan terhadap peragawati (model) ikut terdongkrak. Peragawati
menjadi bidang yang mulai digeluti oleh banyak pihak. Tak sekadar sebagai
pekerjaan sampingan, melainkan menjadi karier utama seseorang. Bahkan beberapa
peragawati bisa membuka lapangan pekerjaan sebagai tambang uang.
Peragawati merupakan pekerjaan yang bergerak dalam
bidang jasa untuk menampilkan busana dan/atau menjadi objek pemotretan. Seperti
jenis pekerjaan lain, menjadi peragawati juga memiliki keuntungan dan kerugian.
Tak dimungkiri memang menjadi peragawati bisa memberi kegembiraan tersendiri,
terlebih jika dilakoni sepenuh hati. Namun tak disangkal pula bahwa banyak
tantangan yang dihadapi, apalagi kalau sudah berada pada posisi tinggi.
Keuntungan menjadi peragawati, antara lain, menjadi
panutan dalam penampilan. Penampilan badan seorang peragawati biasa dianggap
sebagai acuan. Karena menjadi acuan, peragawati mudah dikenal oleh banyak
kalangan. Dikenal banyak kalangan memudahkan peragawati untuk meluaskan
pergaulan, menambah wawasan, hingga menggunakannya sebagai sarana meraih
penghasilan.
Keuntungan tentu sebanding dengan kerugian yang
didapatkan. Anggapan bahwa peragawati merupakan acuan dalam berpenampilan
membuat peragawati seakan dituntut untuk senantiasa memperhatikan penampilan
badan. Perhatian dapat berupa perawatan fisik, pemilihan busana yang dikenakan,
hingga perilaku ketika mengenakan busana tertentu. Ditambah dengan tingkat
keterkenalan yang tinggi, tuntutan tersebut membuat perjalanan pribadi
peragawati cukup terganggu.
Keuntungan dan kerugian tersebut disadari dengan baik
oleh Rosa Amalia Iqony, peragawati asal Pasuruan, Indonesia. Peragawati sendiri
mulai ditekuni tatkala Rosa melewati usia kepala dua. Langkah menjadi
peragawati dimulai selepas kuliah S1 di program studi Kedokteran Gigi berhasil
diselesaikan selama tujuh semester saja.
Awalnya Rosa bergabung dengan SZ Management, sebuah
agensi asal Surabaya. Beberapa waktu kemudian, para perancang busana tertarik
untuk menggunakan jasanya sebagai peragawati. Tak perlu waktu lama, namanya
berhasil menarik perhatian komunitas fotografi, satu catatan yang membuatnya
akrab dengan lensa kamera. Dari sinilah karier peragawati dimulai.
Rosa termasuk sosok yang memiliki semangat kuat dan ulet
dalam melakukan pekerjaan. Sebagai workaholicdirinya piawai melaksanakan tugas
yang harus diperankan. Rosa tak serta merta meninggalkan pendidikan formalnya
di sekolah walau sudah merambah pentas hiburan. Selain peduli terhadap
kepantasan penampilan badan, Rosa juga peduli pada pendidikan. Saat ini dirinya
mengisi hari dengan mengikuti pendidikan profesi, selepas kuliah diselesaikan.
Rosa tak ragu untuk berunjuk rasa dengan cara yang bisa
dilakukannya. Kemauan berunjuk rasa menjadi satu hal yang memang selayaknya
dilatih, kalau perlu sejak balita. Kemauan berunjuk rasa memberi semangat agar
tak ragu mengungkapkan perasaan dengan penuh yakin diri. Yakin diri menjadi
pondasi penting dalam membentuk jiwa yang rendah hati.
Manusia yang piawai berunjuk rasa memiliki dua sisi
berkelindan ini: yakin diri dan rendah hati. Meski seringkali yakin diri
dilihat sebagai arogansi dan rendah hati dinilai sebagai wujud rendah diri.
Rosa pun demikian. Di luar sisi sebagai workaholic, perempuan kelahiran 09 September 1996 ini tetap bersemangat
saat terlibat obrolan, membaca buku, serta jalan-jalan.
Rosa seakan mengayuh perjalanan yang membuat namanya
memiliki harga jual. Kehadirannya pun dapat memiliki nilai komersial. Keadaan
yang demikian tentu memudahkannya untuk ikutserta dalam berbagai kegiatan
sosial.
“Let us talk more about blessings more than we
talk about our burdens.”
— Rosa Amalia Iqony
Location: Museum Bank Indonesia,
Jl. Pintu Besar Utara
No.3, RT.3/RW.6,
Pinangsia, Tamansari,
Kota Jakarta Barat,
Daerah Khusus Ibukota
Jakarta 11110
Dress: myjivi
Shoes: amante
Hijab: hijabootdindo