Senin 06 Oct 2014 14:00 WIB

Mata Air Mengering

Red:

Musim kemarau puncak berdampak buruk terhadap kondisi sumber mata air di Klaten, Jawa Tengah. Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Klaten mencatat setidaknya 53 dari total 174 sumber mata air kering alias tak mengeluarkan air lagi.

Sejumlah sumber mata air yang mati tersebut menunjukkan tingkat bencana kekeringan di Klaten sudah parah. "Dampaknya, kekeringan di Klaten akan terus meluas lantaran ketersediaan air terus berkurang baik untuk irigasi maupun konsumsi," ujar Kepala Bidang (Kabid) Sumber Daya Alam DPU Klaten, Harjaka, Sabtu (4/10).

Sumber mata air yang tak aktif di Kabupaten Klaten bertambah 22 titik dari tahun sebelumnya. Sehingga, saat ini hanya tinggal menyisakan 121 titik mata air saja yang masih aktif.

Menurut Harjaka, hilangnya sumber mata air tersebut akibat wilayah peresapan di hulu yang rusak. "Wilayah peresapan di dataran tinggi, yaitu lereng Gunung Merapi, mengalami kerusakan akibat tingkah manusia dan faktor bencana alam.

Dampak dari kondisi tersebut, debit air yang diandalkan untuk irigasi bagi kelangsungan pertanian menjadi berkurang. Selain itu, konsumsi rumah tangga di sejumlah desa yang mengandalkan air sumur menjadi kering. Terlebih, pada musim kemarau saat ini.

Bupati Klaten Sunarna telah menetapkan status darurat kekeringan di Klaten yang berlaku mulai pertengahan September lalu. Pasalnya, sekitar 80.000 jiwa mengalami kesulitan air bersih tersebar di 33 desa di tujuh kecamatan, yakni Kemalang, Manisrenggo, Karangnongko, Jatinom, Tulung, Cawas, dan Bayat.

Di Kabupaten Boyolali, sudah tiga bulan ini krisis air dialami warga lereng Gunung Merbabu di Dusun Mongkrong, Desa Jlarem, Kecamatan Ampel. Penduduk terpaksa harus mengambil air di sumber air yang jaraknya jauh dan bak penampungan yang airnya terus menyusut. Tidak hanya itu, untuk mendapatkan satu jeriken air bersih, warga harus antre hingga tiga jam.

"Saya biasa datang pukul 06.00 WIB, nanti pukul 09.00 WIB, jeriken baru bisa terisi penuh air. Ya, harus antre karena hanya bak inilah satu-satunya andalan warga," kata Waginem (56 tahun), warga setempat. Hampir setiap hari bak penampungan di Mongkrong yang masih ada air selalu dipenuhi warga.

Mereka antre menunggu jeriken bisa penuh terisi air bersih. Air yang ditampung dari bak penampungan dari sumber di lereng Gunung Merbabu terus mengalami penyusutan. Warga khawatir sumber akan mengering sebelum hujan turun.

Meski sudah tiga bulan kesulitan air bersih, warga sama sekali belum pernah mendapatkan bantuan air bersih. Selain itu, untuk membeli air tangki, harganya terlalu mahal, mengingat medan ke Mongkrong sangat sulit.

Banyak tangki air yang menolak sampai lokasi. "Harapan kami segera ada bantuan air bersih dari pemerintah. Biar beban lebih ringan," ujar Slamet Raharjo (46).

Bencana kekeringan di Kabupaten Sukoharjo menyebabkan sejumlah Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) di Kecamatan Weru mengalami penurunan debit air yang cukup drastis. rep:edy setiyoko ed: fitriyan zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement