Pernah enggak sih, lihat ibu yang lagi marahin anaknya di tempat umum, si anak terlihat ketakutan, tertekan, hingga sekejap kita pun berucap dalam hati, “Nanti kalau sudah punya anak, aku enggak bakal jadi toxic parent kaya gitu!” Tentu saja kita berapi-api melihat adegan tadi, karena ternyata kita pernah menjadi jadi anak itu dulu. Percaya atau enggak, "luka" yang kita alami akibat toxic parenting itu sangat berpengaruh pada identitas kita saat ini. Secara tak sadar, ada saja kelakuan kita yang mirip dengan apa yang dilakukan orang tua kita dulu. Hingga, bukan tak mungkin saat punya anak nanti kita bisa berperilaku yang sama. Oh no, tentu ini yang perlu kita hindari!

Toxic parenting, apa sih artinya?

Toxic parenting adalah istilah yang merujuk pada pola asuh yang dilakukan oleh orang tua secara sewenang-wenang tanpa menghargai perasaan dan pendapat anak. Ini membuat anak menjadi tertekan, ketakutan, cemas, dan tak nyaman sehingga berdampak negatif bagi tumbuh kembang terutama kesehatan mentalnya. Beberapa ciri dari toxic parent menurut Alzena Masykouri, M.Psi., Psikolog adalah:

  • Berperilaku mengontrol 
  • Perilakunya secara konsisten menyebabkan rasa bersalah, ketakutan, dan penuh tuntutan pada anak
  • Tidak mau mengakui kesalahan dan minta maaf 
  • Hanya berorientasi pada dirinya, tak peduli apa yang ia lakukan salah dan berdampak pada anak hingga merusaknya 
  • Melakukan penyiksaan secara fisik atau verbal, makin terabaikan makin kejam 

Seberapa besar kemungkinan kita bisa menjadi orang tua yang toxic?

Pertanyaan ini tentu bisa dijawab setelah kita merefleksi diri. Seberapa besar pengaruh pola asuh orang tua kita dulu terhadap diri kita saat ini. 

“Lho, apa hubungannya toxic parenting dengan pola asuh masa lalu?”

Begini penjelasannya, setiap kali orang berinteraksi dengan orang lain maka akan tercipta pengalaman dan persepsi yang disebut dengan kenangan. Semua orang tentu punya kenangan, yang baik maupun yang buruk. 

“Dalam perjalanan kehidupan, semua perilaku kita dipengaruhi oleh motif dan pengalaman yang kita miliki,” jelas Alzena. “Semua pola asuhan, perilaku yang tercipta, dan interaksi yang terjalin dengan orang tua kita akan terus mewarnai perilaku dan pemikiran, hingga anak cucu kita,” tambahnya. 

Apa dampak toxic parenting

Tak semua sadar bahwa kita (mungkin) pernah mengalami pola asuh toxic, dan menganggap kehidupan baik-baik saja padahal tanpa disadari tindakan yang mengakar sejak masa kecil berpengaruh pada kehidupan dewasa kita. 

Misalnya saja, ada orang dewasa yang ingin menyenangkan orang lain dengan mengorbankan diri sendiri, berusaha tampil untuk mendapat pujian atau berusaha mengatur sana dan sini agar tampak semua sempurna (di matanya). 

Tekanan yang pernah kita lewati di masa lampau ini tanpa disadari membawa beban mental pada hidup kita yang mempengaruhi cara berpikir, perkataan, dan perilaku saat ini dan bisa kita bawa di kehidupan berkeluarga nantinya. 

Bagaimana supaya kita bisa terhindari dari toxic parenting ketika berkeluarga? 

Pertama, menerima kenyataan. 

Kita tak bisa mengulang apa yang sudah terjadi. Hindari kata “seandainya”, “seharusnya”, dan fokus pada apa yang bisa kita lakukan saat ini untuk masa depan. 

Kedua, berdamai dengan diri dan refleksi pengalaman pola asuh kita di masa lampau. 

Ketika kita bisa merunut kejadian dan mempelajari apa yang salah dengan pengalaman pola asuh di masa lampau hingga berdampak pada diri kita sekarang, kita bisa mulai berdamai dengan diri dan membuka lembaran baru dengan membuat pola asuh yang lebih sehat. 

Terakhir, hentikan rangkai toxic parenting dengan: 

1. Buat daftar atau perilaku yang ingin kita ubah dari pola asuh orang tua kita dulu 

2. Tuliskan di sebelah daftar tersebut, perilaku apa yang kita inginkan 

3. Urutkan sesuai prioritas

4. Latih perilaku yang kita inginkan pada situasi yang menurut kita tepat 

Penting untuk kita merefleksi kembali pengalaman pola asuh kita di masa lampau dan apa dampaknya pada diri kita untuk bisa memutus rangkaian toxic parenting. Jika tak nyaman untuk melakukannya sendiri, jangan segan untuk menghubungi konselor ya! 

Tapi, bagaimana kita bisa memutus rantai toxic kalau ternyata kita tinggal seatap dengan orang tua yang toxic? Baca artikel "Ini Cara Memutus Kebiasaan Buruk dari Toxic Parents".

Atau, tonton film-film tentang kesalahan pengasuhan di bawah ini untuk pengalaman yang lebih membekas:

5 Alasan Mengapa Orang Tua Perlu Menonton Film "Imperfect"

Review Film NKCTHI: Teruntuk Ayah, Biarkan Anakmu Merasakan Gagal dan Kecewa

Lelah Berkata "Jangan" pada Anak, Berani Coba "Yes Day"?

 

Photo created by master1305 - www.freepik.com