ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT

Industri Farmasi Online Masih Tumbuh Pesat pada 2021

Sabtu, 6 Maret 2021 | 14:34 WIB
MM
B
Penulis: Mardiana Makmun | Editor: B1
Ilustrasi transaksi apotek online menggunakan aplikasi di smartphone
Ilustrasi transaksi apotek online menggunakan aplikasi di smartphone (ist/ist)

JAKARTA, Beritasatu.com – Industri farmasi atau apotek online dan layanan kesehatan digital pada 2021 hingga tahun depan diprediksi masih meningkat tajam. Hal ini dipicu oleh pandemi Covid-19 yang belum usai sehingga masyarakat memilih dan terbiasa menggunakan layanan ini ketimbang harus ke luar rumah.

"Selama pandemi, industri apotek digital tumbuh pesat. Prediksi untuk 2021, growth akan masih eksponensial. Ini karena saat ini semua orang di rumah. Kira-kira naik 10% untuk growth apotek online," ungkap Natali Ardianto, CEO Lifepack & Jovee dalam diskusi bersama CEO Lifepack & Jovee Natali Ardianto bertajuk "Proyeksi Industri Farmasi & Layanan Kesehatan Digital di Indonesia" baru-baru ini.

Meski begitu, Natali optimistis, industri farmasi dan layanan kesehatan digital di Indonesia di masa depan akan tumbuh dengan baik, meski masih banyak masalah yang perlu diselesaikan, "Industri farmasi di Indonesia merupakan salah satu industri dengan pertumbuhan yang sangat cepat di ASEAN, begitupun dengan layanan kesehatan digital. Dari laporan yang dikeluarkan oleh MTPconnect & Asialink Business, pendapatan dari layanan kesehatan digital di Indonesia pada tahun 2022 diprediksi mencapai US$973 juta," ungkap Natali.

Natali mengatakan, nilai industri farmasi Indonesia dalam setahun mencapai Rp84 triliun atau US$6 miliar. "Kalau dibandingkan, saat ini kontribusi apotek digital secara industri baru mencapai 2-3% nya. Prediksi 2021, industri farmasi secara keseluruhan mencapai US$10,11 miliar. Jadi pertumbuhan tahun 2021 ini besar karena masih dipicu pandemi Covid-19," jelas Natali.

ADVERTISEMENT

Belum merata

Natali menambahkan, prediksi pertumbuhan ini harus diimbangi dengan produk dan inovasi yang tepat sesuai kebutuhan masyarakat. Apalagi sektor kesehatan di Indonesia masih menyimpan banyak masalah. Di antaranya belum meratanya infrastruktur telekomunikasi di Indonesia, kedua fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan apotek masih terkonsentrasi di pulau Jawa, dan ketiga jaminan kelengkapan serta keaslian obat. "Karena menurut World Health Organization (WHO), peredaran obat palsu di Indonesia masih sangat tinggi mencapai 25%. Inilah saatnya inovasi layanan kesehatan digital dibutuhkan untuk memecahkan masalah yang ada," ujar Natali.

Sementara itu, menurut data Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan per Februari 2021, jumlah rumah sakit di seluruh Indonesia sebanyak 2.925. Pulau Jawa sendiri memiliki 1.244 rumah sakit, atau sekitar 45,9% dari seluruh rumah sakit yang ada di Indonesia. BahkanKalimantan Utara menjadi provinsi dengan jumlah rumah sakit terendah hanya memiliki 11 rumah sakit.

Selain belum meratanya layanan kesehatan seperti rumah sakit, apotek juga masih didominasi di pulau Jawa. Berdasarkan data rekapitulasi Apotek Indonesia dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, jumlah apotek yang tersedia pada tahun 2018 adalah sebanyak 24.874 unit, dengan Jawa Barat sebagai daerah yang memiliki jumlah apotek terbanyak yaitu 4.298.
"Dengan masih terkonsentrasinya akses layanan kesehatan seperti rumah sakit dan juga apotek di pulau Jawa, tentunya diperlukan inovasi layanan kesehatan agar dapat dirasakan secara merata oleh seluruh masyarakat Indonesia di berbagai daerah, yaitu melalui akses layanan kesehatan secara online," saran Natali.

Saat ini, kata Natali, kehadiran Lifepack sejak Januari 2020 dengan layanan terbaik dan stok obat terlengkap untuk penyakit kronis, sangat membantu memenuhi kebutuhan obat masyarakat di seluruh Indonesia.

"Lifepack hadir sebagai apotek online yang paling lengkap. Untuk menjangkau seluruh masyarakat Indonesia kami berikan gratis ongkos kirim ke seluruh Indonesia dan harga obat lebih murah 15% dibanding toko lain," ujar Natali yang menyebut layanan Lifepack sangat lengkap, mulai pemesanan obat, konsultasi dokter umum gratis, konsultasi dokter spesialis dengan harga terjangkau, dan kotak obat spesial (blister) khusus untuk penderita penyakit kronis.

Layanan itu didukung oleh gudang inventory Lifepack dengan stok obat yang lengkap di tiga wilayah, yaitu Jakarta, Bintaro, dan Surabaya. "Satu gudang nilai inventorynya mencapai Rp1 miliar. Jauh dibandingkan apotek offline yang biasanya hanya senilai Rp50-500 juta," ungkap Natali.

Selain penggunaan layanan apotek online, pandemi juga memberikan peningkatan konsumsi vitamin dan suplemen di masyarakat, "Brand kami yaitu Jovee, aplikasi rekomendasi vitamin dan suplemen sejak Maret 2020 terus mengalami peningkatan transaksi lebih dari 50% month to month. Adapun vitamin yang paling banyak dicari oleh masyarakat adalah vitamin C. Kedua yang paling banyak dicari adalah herbal untuk meningkatkan imunitas, seperti habbatusaudah," ungkap Natali.

Yang menarik, lanjut Natali, masyarakat Indonesia mempunyai karakteristik tersendiri saat memilih vitamin ada yang fokus terhadap brand namun ada juga yang menyukai herbal. "Melihat karakteristik tersebut, penggunaan aplikasi Jovee dapat membantu masyarakat yang belum tahu kebutuhan vitamin yang tepat bagi tubuh. Jovee merekomendasikan suplemen yang tepat berdasarkan algoritma dan pertanyaan yang dijawab oleh konsumen di aplikasi Jovee," jelas Natali.



 

Bagikan

BERITA LAINNYA

Loading..
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ARTIKEL TERPOPULER





Foto Update Icon
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT