Cincin pertunangan sudah tersemat di jari, namun tak dapat dipungkiri rasa ragu menggelayut di hati. Apakah benar dia sosok yang tepat untuk mengarungi kehidupan hingga akhir nanti? Kalau dibilang cinta, memang cinta. Tapi, ada sesuatu yang mengganjal, seolah menahan diri ini untuk mantap meneruskan langkah ke jenjang pernikahan. Kalau sudah begini, mungkinkah pernikahan dibatalkan?

Untuk menjawabnya, berikut wawancara Skata dengan Cut Maghfirah Faisal, M.Psi, Psikolog (Psikolog Klinis & Koordinator Kalmselor KALM).

Jika muncul rasa ragu, apa yang perlu ditanyakan pada diri?

Hal pertama yang perlu ditanyakan tentu saja apa kira-kira hal yang membuat kita merasa ragu dan apa penyebab dari keraguan ini. Selanjutnya kita perlu mengevaluasi apakah keraguan ini merupakan hal yang wajar, serta apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini. 

Sering kali, seseorang berusaha menepis keraguan ini dengan cara mengabaikan perasaannya. Padahal, keraguan ini dapat menjadi cara diri kita memberikan “sinyal” bahwa ada hal penting yang perlu diubah/ ditangggulangi agar hubungan kita dengan pasangan dapat menjadi lebih baik. 

Calon pengantin juga tidak perlu ragu untuk mengonsultasikan keraguan yang dialami dengan konselor/ psikolog, agar ia bisa mendapatkan bimbingan serta sudut pandang yang objektif dalam mengatasi masalah. 

Jika keraguan muncul karena ada karakter/sifat yang tidak disukai pada calon, bolehkah berharap dia berubah?

Berharap pasangan dapat berubah merupakan perasaan yang sangat wajar. Akan tetapi secara realistis, kita tidak dapat berharap orang lain dapat berubah dengan sendirinya tanpa kita beritahu. Pasangan kita tidak dapat membaca pikiran kita. 

Oleh karena itu, jika ada yang kurang kita sukai pada calon pasangan, alangkah baiknya jika kita menyampaikan hal tersebut secara asertif. Sampaikan pula karakter/ sifat apa yang lebih baik dan kita harapkan dimiliki oleh pasangan. 

Walau demikian, jangan sampai kita terlalu memaksakan kehendak kepada pasangan. Usahakan untuk tetap mendengar sudut pandang dari pasangan. Selanjutnya, ketika ia sudah mulai menunjukkan perubahan, jangan lupa apresiasi kemajuan sekecil apapun dari dirinya.

Jika keraguan muncul karena lingkungan terdekat yang tidak sreg dgndengan calon, apa yang harus dilakukan?

Kita dapat menanyakan apa hal yang membuat mereka kurang menyukai calon pasangan kita. Usahakan untuk mendengar jawaban mereka dengan kepala dingin, sehingga kita dapat menilai jawaban mereka secara objektif. 

Jika memang ada masukan yang masuk akal, tidak ada salahnya jika kita menerima masukan tersebut. Akan tetapi jika ada masukan yang dirasa kurang sesuai, kita dapat berusaha memberikan penjelasan kepada mereka. Jika kita memang sudah yakin dengan calon pasangan, kita dapat menyampaikan secara asertif (tegas namun tetap sopan) bahwa kita sudah yakin dengan pilihan kita dan kita berharap orang-orang dapat menghargai keputusan ini.

Secepat apa proses memantapkan diri (untuk terus atau putus) ini harus dilakukan?

Tidak ada patokan waktu khusus mengenai proses untuk memantapkan diri. Hal yang lebih penting untuk diperhatikan adalah evaluasi plus-minus dari dampak yang terjadi jika kita meneruskan atau menghentikan hubungan ini. Hal ini biasanya dapat dibimbing oleh psikolog/ konselor. 

Keraguan macam apa yang sebaiknya memang perlu diikuti dengan pembatalan rencana pernikahan?

Jika masalah yang dialami tidak kunjung menemukan titik terang, atau kedua belah pihak tidak dapat menyepakati solusi yang dibutuhkan. Kita juga dapat menilai kesungguhan calon pasangan dalam menjalani solusi yang sudah disepakati. Jika ia tampak tidak cukup berkomitmen untuk menjalani solusi tersebut, maka hal ini berpotensi menimbulkan masalah yang lebih serius nantinya. Apabila pasangan menghadapi masalah seperti ini, sangat disarankan untuk segera berkonsultasi dengan psikolog/ konselor.

Jika ingin berkonsultasi dengan psikolog/konselor secara online, kunjungi website KALM atau unduh aplikasinya di Playstore.

 

Artikel terkait:

 

Photo created by freepik - www.freepik.com