top of page

Cara Meningkatkan Kepatuhan Minum Obat


Kepatuhan pasien (patient compliance) memegang peranan yang sangat penting dan signifikan dalam tercapainya tujuan pengobatan, sebab apabila pasien tidak patuh dalam menjalankan pengobatan akan berdampak pada menurunnya kondisi kesehatan, khususnya bagi para pasien penyakit kronis seperti diabetes (gula darah tinggi), hipertensi (tekanan darah tinggi), dislipidemia (kolesterol tinggi), gagal ginjal, dan lain sebagainya. Sebagai contoh, pasien diabetes melitus dianjurkan untuk mengonsumsi obat antidiabetes secara rutin agar kadar gula darah dapat terkontrol dengan baik. Selain membantu menurunkan risiko timbulnya keluhan khas diabetes, kadar gula darah yang terkendali juga akan membantu pasien diabetes untuk terhindar dari peningkatan risiko komplikasi jangka panjang seperti penyakit kardiovaskular. Hal yang berbeda akan terjadi apabila pasien diabetes enggan untuk mengikuti anjuran dokter dalam menjalani pengobatan atau dikenal dengan istilah ketidakpatuhan minum obat.


Ketidakpatuhan minum obat (noncompliance) merupakan kondisi terjadinya kegagalan pasien untuk mematuhi aturan penggunaan obat sebagaimana yang sudah ditetapkan oleh dokter. Dalam istilah medis, ketidakpatuhan minum obat dikaitkan dengan keadaan seorang pasien yang tidak mengonsumsi obat baik dari segi waktu, jumlah, maupun dosis dan instruksi lain yang sudah dianjurkan oleh dokter. Seseorang dapat dianggap patuh minum obat ketika mampu menjalankan rangkaian terapi pengobatan sesuai anjuran dokter, seperti mengonsumsi obat secara rutin, mematuhi jadwal kunjungan selanjutnya, dan tidak menghentikan atau mengubah pengobatan tanpa persetujuan dokter.


Beberapa dampak buruk yang mungkin timbul dari ketidakpatuhan minum obat antara lain:


  • Kondisi medis atau penyakit mengalami perburukan

  • Biaya perawatan yang meningkat akibat perburukan atau komplikasi penyakit

  • Pada sebagian kasus dapat berakibat fatal, bahkan menyebabkan kematian


Penyebab Ketidakpatuhan Minum Obat


Ketidakpatuhan dalam mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter sering menjadi isu penting yang menjadi perbincangan di kalangan medis. Menumbuhkan kesadaran pasien akan pentingnya kepatuhan minum obat merupakan tantangan tersendiri. Hal ini dilatarbelakangi banyaknya penyebab terjadinya ketidakpatuhan pada masing-masing pasien. Meski demikian, usaha untuk meningkatkan kepatuhan pasien tetap perlu diupayakan bersama secara konsisten untuk meningkatkan peluang keberhasilan terapi.


Beberapa penyebab dari ketidakpatuhan minum obat yang perlu diketahui yaitu:


  • Kurangnya pemahaman mengenai obat dan penyakit

  • Faktor kognitif (lupa)

  • Menerima banyak jenis obat

  • Aturan atau jadwal penggunaan obat yang kompleks

  • Mengalami efek samping obat

  • Faktor biaya pengobatan (harga tidak terjangkau)


Cara Meningkatkan Kepatuhan Minum Obat


Penting untuk memahami bahwa sebagian pasien memang sulit untuk menerima bahwa mereka harus menjalani pengobatan jangka panjang menggunakan satu atau lebih jenis obat. Menunjukkan empati akan memudahkan tenaga kesehatan untuk memberikan informasi dan persuasi yang diharapkan mampu menambah motivasi pasien untuk menjalani pengobatannya. Terdapat beberapa hal yang dapat diupayakan oleh tenaga kesehatan untuk membantu meningkatkan kepatuhan pasien dalam menggunakan obat, di antaranya:


a. Menyederhanakan aturan atau jadwal penggunaan obat

Bagi pasien yang merasa terbebani dengan aturan penjadwalan minum obat, upaya penyederhanaan ini bisa menjadi solusi untuk meningkatkan kepatuhan. Penyederhanaan aturan dan jadwal penggunaan obat ini dapat dilakukan dengan memilih dan mempertimbangkan kembali sediaan obat yang akan digunakan. Apabila memungkinkan, obat dengan aturan pemberian yang lebih sederhana (contoh: bentuk sediaan lepas lambat) dapat dijadikan sebagai pilihan guna menurunkan frekuensi pemberian dari obat tersebut. Selain itu, pertimbangkan pemberian sediaan fixed doses combination yang menggabungkan 2 hingga 3 jenis obat dalam satu sediaan. Obat jenis ini mulai banyak dijumpai pada jenis obat diabetes, hipertensi, kolesterol, dan infeksi kronis seperti tuberculosis (TB). Regimen yang lebih sederhana diharapkan semakin memudahkan pasien mengonsumsi obat.


b. Meningkatkan pemahaman pasien tentang penyakit dan pengobatannya

Tidak sedikit pasien yang kurang memahami bahaya dari penyakit maupun komplikasi penyakit yang dideritanya, juga mengenai peran dari obat yang diterima untuk mengatasi penyakit tersebut. Oleh karena itu, edukasi selalu menjadi pilar penting dalam setiap tata laksana penyakit kronis. Edukasi dapat diberikan dalam bentuk konseling, ataupun percakapan ringan yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana pasien memahami kondisi dan rencana pengobatannya. Dengan pemahaman yang baik terhadap penyakit dan pengobatan yang dijalani, diharapkan pasien akan lebih termotivasi untuk patuh dalam menjalani terapi.


c. Menginformasikan potensi efek samping dan penanganannya

Setiap obat memiliki risiko efek samping, meskipun belum tentu semua pasien akan mengalaminya. Efek samping yang terjadi pada setiap penggunaan obat bersifat individual dan dapat bervariasi. Tanpa pemberian informasi yang memadai mengenai efek samping, tidak jarang pasien memilih menghentikan pengobatan karena merasakan keluhan yang mengganggu. Oleh karena itu, tenaga kesehatan perlu menyampaikan informasi singkat terkait potensi efek samping yang khas untuk setiap obat dan apa yang perlu dilakukan apabila pasien mengalaminya.


d. Memilihkan obat yang harganya terjangkau bagi pasien

Bagi sebagian pasien, faktor biaya pengobatan bisa jadi merupakan suatu isu mayor yang tidak dapat dikesampingkan. Oleh karena itu, sekiranya menjumpai pasien penyakit kronis yang mengeluhkan biaya pengobatan, tenaga kesehatan dapat membantu memilihkan alternatif terapi menggunakan obat yang lebih terjangkau seperti obat generik berlogo, apabila tersedia. Salah satu manfaat dari tersedianya beragam jenis obat generik berlogo (OGB) adalah terbuka kesempatan yang lebih besar untuk masyarakat dari seluruh lapisan untuk memperoleh terapi yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi medis yang dialami.


Referensi:

1. Medical definition of noncompliance. Available from: https://www.medicinenet.com/noncompliance/definition.htm

2. Guthrie J. Consequences of medication non-adherence. Available from: https://imedicare.com/articles/consequences-of-medication-non-adherence/

3. Ho PM, et al. Medication adherence its importance in cardiovascular outcomes. Circulation. 2009;119:3028–3035

4. Alrais M. Improving statin adherence in patients at risk for cardiovascular disease. US Pharm. 2021;46(2):6-12.

Pelegrin GM. Poor compliance. Available from: https://www.pharmacytimes.com/publications/issue/2003/2003-07/2003-07-7310

3.062 tampilan
bottom of page