Tampilkan postingan dengan label Info Sehat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Info Sehat. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 01 Desember 2018

Bisa Turunin Berat Badan tanpa diet dan Olahraga ? Begini Caranya

5 Cara Turunkan Berat Badan Tanpa Diet dan Olahraga

Tak melulu harus diet dan olahraga, berat badan ternyata juga bisa diturunkan dengan cara lainnya. Apa saja cara yang dimaksud?

Bila ditanya soal cara menurunkan berat badan, tentu jawaban yang paling relevan adalah diet dan olahraga. Memang betul bahwa dua hal tersebut terbukti dapat memangkas lemak pada tubuh, asalkan dilakukan dengan baik dan benar.

“Menurunkan berat badan paling baik dilakukan dengan kombinasi diet sehat dan olahraga. Artinya, Anda harus tetap melakukan olahraga bersamaan dengan pengaturan pola makan. Jika hanya diet saja dan tidak diimbangi dengan olahraga, Anda akan cenderung merasa lemas,” ujarnya.
Jika memang seperti itu aturannya, bagaimana dengan menurunkan berat badan tanpa diet dan olahraga? Apakah hal ini mungkin untuk diwujudkan? Jawabannya: ya. Berikut lima cara yang bisa diterapkan untuk menurunkan berat badan tanpa harus diet dan olahraga:

1. Memenuhi kebutuhan tidur

Istirahat malam yang cukup dan berkualitas sangat penting untuk menjaga kesehatan dan mengoptimalkan berat badan. Sebab, kualitas tidur yang buruk dapat mengganggu hormon penting dalam metabolisme. Selain itu, tidur kurang dari enam jam setiap malam juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kelebihan berat badan atau obesitas.









2. Kendalikan stres

Kadar stres yang terus meningkat dapat mengganggu keseimbangan hormon di dalam tubuh. Ini karena tubuh akan menghasilkan hormon yang disebut glukokortikoid saat merasa tertekan. Terlalu banyak glukokortikoid dapat meningkatkan nafsu makan, yang berdampak pada kenaikan berat badan.
Tak berhenti di situ, stres juga bisa memicu emotional eating. Ini adalah kondisi ketika seseorang mengonsumsi makanan tidak sehat untuk mencoba mengendalikan dan memperbaiki suasana hati yang negatif.

3. Makan dengan piring yang lebih kecil








Read more

Kenali Penyebab Nyeri pada Vagina

Kalau vagina terasa nyeri, berkegiatan apa pun tentu tidak akan nyaman. Mulai dari duduk, berjalan, berkendara, sampai berhubungan seksual. Untuk itu, jangan menyepelekan kalau vagina Anda terasa nyeri.
Vagina merupakan saluran dari serviks hingga vulva. Nyeri atau rasa tidak nyaman pada vagina bisa disebabkan oleh berbagai kondisi, mulai dari adanya penyakit yang mendasari atau masalah psikologis. Apa saja penyebabnya?

  1. Herpes genital


Penyakit herpes genital merupakan infeksi menular seksual yang dapat dialami oleh pria dan wanita. Gejala utamanya adalah rasa perih, nyeri, gatal, dan terdapat ruam kemerahan hingga melenting di area kelamin. Terkadang penyakit ini tidak menimbulkan gejala apa pun.
Wanita yang mengalami herpes biasanya mengalami nyeri pada vagina disertai dengan adanya luka. Penyebab genital herpes adalah virus Herpes Simpleks (HSV). Penularan virus ini utamanya melalui hubungan seksual. Jadi jika Anda tiba-tiba mengalami benjolan atau luka pada vagina, segeralah berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter.
  1. Infeksi jamur


Walaupun tidak selalu menyebabkan nyeri pada vagina, infeksi jamur biasanya memberikan gejala gatal dan kering pada vagina yang sering kali dirasakan sebagai nyeri. Hindari area selangkangan yang lembab karena dapat memicu terjadinya infeksi jamur.
Selain itu pada infeksi jamur, gejala yang sering kali dialami dapat berupa keluar gumpalan-gumpalan putih susu kental, konsistensi seperti tepung, yang dirasakan sangat gatal, dan bisa terjadi kemerahan di kulit sekitar bibir kemaluan.
  1. Kekeringan pada vagina


Anda mungkin mengira bahwa vagina yang kering hanya merupakan masalah wanita yang sudah mengalami menopause. Namun ternyata, beberapa wanita yang mengonsumsi pil KB juga sering mengalami kekeringan pada vagina sehingga menyebabkan nyeri saat berhubungan seksual.
Pada wanita pasca-menopause, dinding vagina menjadi menipis, kering, dan kurang elastis. Hal ini disebabkan hormon estrogen sudah berkurang secara drastis pada wanita menopause. Ketika wanita menjadi terangsang, darah akan mengalir lebih banyak ke area panggul wanita dan menyebabkan produksi pelumas vagina.
Selain itu, hal-hal seperti stres tinggi, kondisi alergi, penyakit sindrom Sjorgen, dan penggunaan bahan vaginal douche juga dapat menyebabkan vagina kering. Jika Anda merasakan bahwa vagina Anda tidak mengeluarkan cukup "pelumas" sewaktu berhubungan seks, sebaiknya segeralah berkonsultasi dengan dokter.
  1. Endometriosis atau Pelvic Inflammatory Disease


Jika Anda mengalami nyeri saat berhubungan seks dan nyeri saat haid, bisa jadi Anda mengalami endometriosis (jaringan yang melapisi rahim tumbuh di tempat yang lain) atau pelvic inflammatory disease (infeksi organ reproduksi wanita).
Endometriosis adalah pertumbuhan lapisan endometrium di luar rahim. Lapisan endometrium merupakan lapisan yang terdapat dalam rahim, yang dalam keadaan normal hanya ditemukan di dalam rahim. Adanya lapisan endometrium yang tumbuh di luar rahim dapat menimbulkan keluhan berupa nyeri panggul, nyeri saat menstruasi (dysmenorea), nyeri saat berhubungan seksual, dan infertilitas (gangguan kesuburan).
Pada kedua kasus ini, baik itu endometriosis ataupun PID,  biasanya pasien mengeluh adanya nyeri pada vagina. Selain itu biasanya disertai juga dengan perdarahan dari vagina.
  1. Vulvodynia


Beberapa teori menyebutkan bahwa vulvodynia dapat berhubungan dengan iritasi saraf, respons yang abnormal terhadap iritasi atau inflamasi, reaksi alergi, spasme otot. Faktor genetik juga dapat berpengaruh. Sekitar 9 persen wanita akan mengalami nyeri ini selama hidupnya.
Vulvodynia atau nyeri pada vagina sering dialami sewaktu berhubungan seksual, memasukkan tampon, atau timbul spontan tanpa adanya penyebab. Jika Anda mengalami hal ini, biasanya dokter akan memberikan obat penghilang rasa nyeri.
Vagina adalah organ vital yang harus dijaga kebersihannya. Jika Anda mengalami nyeri pada vagina yang tidak hilang selama berhari-hari, segeralah berkonsultasi dengan dokter untuk mendapat penanganan yang tepat.

referensi : https://bit.ly/2KNIJXG
Read more